Selasa, 09 Agustus 2011

Mari, Merayakan Ramadhan bersama Al Qur'an ...

Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah memaknai berkah dengan Ziyadul Khoir, Bertambahnya Kebaikan. Maka, berkah Ramadhan berarti kebaikan yang terhampar, bertambah banyak dari bulan-bulan selain Ramadhan.

Banyak sebab yang menjadikan Ramadhan berkah. Para ulama’ telah menjelaskannya dalam berbagai macam kitab yang mereka tulis. Setidaknya, ada satu hal yang menjadikan keberkahan Ramadhan itu dominan. Satu hal inilah yang merupakan penyebab utama berkahnya Ramadhan.

Al-Qur’an. Ya. Al Qur’anlah yang menjadikan Ramadhan berlimpah berkah. Allah berfirman dalam surat Al-Baqoroh Ayat 128 yang artinya, “Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” Ayat ini secara lugas menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang diturunkan di bulan Ramadhan, adalah petunjuk bagi seluruh manusia ( LINNAAS ) bukan hanya untuk orang Muslim ( Lil Muslimin ) atau orang Mukmin ( Lil Mukminin ). Oleh karenanya, Hidayah, petunjuk Allah, adanya hanya pada Al Qur’an, bukan pada kitab selain Al Qur’an.

Senada dengan ayat di atas, Allah berfirman dalam surat Al Qodr ayat Pertama , “ Sesunnguhnya Aku ( Allah ) telah menurunkannya ( Al Qur’an ) pada Malam Kemuliaan.” Para mufassirin menyepakati, tanpa perbedaan, bahwa Malam Kemuliaan ( Lailatul Qodr ) adanya di bulan Ramadhan. Meskipun ada perbendaan berpendapat tentang jatuhnya malam Lailatul Qodr.  Pendapat pertama mengatakan bahwa  Lailatul Qodr jatuh pada malam ke 17 di bulan Ramadhan sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa Lailatul Qodr adanya di malam ke 27  di bulan Ramadhan.


Pada Surat Ad-Dukhan, ayat ke 3, Allah juga menegaskan kembali, Bahwa Al Qur’an diturunkan pada Malam Keberkahan ( Fi Lailatim Mubarokah ), “ Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an ) pada suatu malam yang diberkahi.” Dalam menyikapi ayat ini, para ulama’ terbagi menjadi dua kubu. Yang memaknai Lailatim Mubarokah dengan malam Nishfu Sya’ban (Pertengahan Bulan Sya’ban ) dan yang berpandapat bahwa maksud Lailatim Mubarokah adalah Lailatul Qodr sebagaimana dikuatkan dengan surat Al-Qodr ayat pertama di atas. Namun, pendapat yang paling rajih dan menjadi kesepakatan sebagian besar Ulama’, Lailatim Mubarokah berarti lailatul Qodr, Malam Kemuliaan  yang terdapat pada bulan Ramadhan.

Diturunkannya Al Qur’an pada bulan Ramadhan,  merupakan penyebab utama diberkahinya bulan itu.
Rasul bersabda, “ Barangsiapa yang berdiri ( untuk melakukan Sholat ) pada malam hari di bulan Ramadhan dengan Iman dan Ihsan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah Lalu.” Qiyamullail, dimana pada masa kini dikenal dengan Sholat Tarawih, merupakan salah satu penyebab diberkahinya bulan Ramadhan. Namun, sadarkah Kita? Ternyata, di dalam shalat tarawih tersebut, bacaan utamanya adalah Al Qur’an? Tanpa Al Qur’an, tidaklah syah Qiyamullail yang dilakukan. Karena prinsipnya, Qiyamullai merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui Wirdul Qur’an, mewiridkan Al Qur’an sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah.


Kemudian, dalam sejarah kehidupan Rasulullah, Kita temukan fakta bahwa beliau senantiasa mengkhatamkan Al Qur’an bersama malaikat Jibril di setiap malam di bulan Ramadhan. Bahkan, pada tahun terakhir kehidupan beliau di bulan ramadhan, Rasul mengkhatamkan Al Qur’an sebanyak dua kali setiap malamnya.


Kehidupan para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in, tidak kalah menariknya untuk Kita kaji. Utsman Bin Affan radhiyallahu ‘Anhu, dalam sebuah riwayat disebutkan selalu mengkhatamkan Al-Qur’an di malam malam ramadhan. Bahkan, pada sepuluh hari terakhir ramadhan, beliau mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak dua kali. Dan kita masih ingat, bahwa Akhir hayat Sahabat nabi yang sangat pemalu ini terjadi ketika beliau sedang bertilawah sambil menunggu waktu berbuka di bulan Ramadhan.


Tidak hanya Utsman yang gemar mengakrabi Al Qur’an, Sahabat Abdullah Bin Amru Bin ‘Ash, dalam sebuah riwayat Imam Bukhari diterangkan sebagai sahabat yang sanggup mengkhatamkan Al-Qur’an setiap malam. Padahal, Nabi menyuruhnya agar mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam sebulan, Sekali dalam tujuh hari atau sekali khatam dalam tiga hari.


Fakta yang lebih mencengangkan, kita dapati dalam KItab Shifatu Shafwah tulisan Imam Jalaludin As-Shuyuti, beliau berujar, “ Saya mendapati bahwa salafus shalih, ada yang mengkhatamkan Al Qur’an sebanyak Delapan kali dalam Satu malam. Empat kali di siang hari dan empat kali di malam harinya.” Secara logika, sulit bagi Kita untuk menghitungnya. Tapi, generasi paling cemerlang dalam umat ini, tidaklah mungkin menyampaikan kebohongan kepada Kita. Dalam hal ini, Kita memilih untuk Sami’naa Wa Atho’na, “ Kami Mendengar dan Kami Ta’at.”


Sedangkan Imam Syafi’i Radhiyallahu ‘anhu, dimana madzhab beliau adalah madzhab yang paling banyak diikuti oleh sebagian besar umat muslimin di Indonesia, diriwayatkan mengkhatamkan Al Qur’an sebanyak dua kali setiap malam pada bulan Ramdhan. Artinya, selama Ramadhan beliau mengkhatamkan Al -Qur’an sebanyak 60 kali.


Imam Abu Hanifah juga diriwayatkan mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak tiga kali setiap malam di bulan ramadhan. Sepanjang Ramadhan, beliau khatam Al-Qur’an sebanyak 90 kali. Allahu Akbar Walillahil Hamd.


Kita tidak mungkin menyamai mereka. Oleh karenanya, totalitas adalah keniscayaan. Tiada kemuliaan tanpa kesungguhan. Sungguh-sungguh dalam mempelajari sejarah kehidupan generasi terbaik umat ini, untuk kemudian Kita praktekan, hingga batas akhir kemampuan Kita.


Ramadhan tinggal beberapa hari lagi, Semoga Allah menjumpakan Kita dengan bulan penuh keberkahan itu. Semoga  target berinteraksi dengan Al-Qur’an pada bulan itu sudah kita pancangkan. Tentunya kita berharap dan beruapaya sekuat mungkin untuk mewujudkannya. Semoga keberkahan hidup akan didapatkan manakala kehidupan Kita dihabiskan untuk mengakrabi Al-Qur’an. Baik dengan membaca, mendengarkan dan memperdengarkan bacaan Al-Qur’an, menghafal Al Qur’an, merenungi maknanya Dan mendzikirkannya dalam kehidupan keseharian kita.


Muaranya adalah terlahirnya generasi Al Qur’an. Generasi yang mempraktekan Al-Qur’an dalam kehidupan nyata.
Tiada Ramadhan Tanpa Al Qur’an. Selamat menyambut Ramadhan. Ramadhan penuh berkah bersama Al-Qur’an. Semoga kita termasuk AHLULLAH ( Keluarga Allah ) dan Orang-orang pilihanNya karena kedekatan kita dengan Al Qur’an sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Nasa’i, Imam Ibnu Majah dan Imam Hakim yang diriwayatkan dari Anas Bin Malik Radhiyallahu ‘anhum dengan derajat Shohih.
Wallahu A’lam Bish showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar