Senin, 08 Agustus 2011

Do'aku, ' Semoga Kita bisa bersua di SurgaNya.'

Ada sebuah kisah yang patut kita jadikan pelajaran. Pelajaran berharga terkait interaksi kita dengan sesama. Bahwa sukses yang kini telah kita genggam, ataupun masih kita daki puncaknya,  pastilah terdapat peran orang lain  didalamnya. Hal itu merupakan bukti bahwa kita adalah makhluk social yang saling membutuhkan. Kita, sehebat apapun potensi yang dimiliki, pastilah membutuhkan  orang lain dalam menunjang kesuksesan kehidupan kita.

Ada dua orang kakak beradik. Keduanya terlahir dari rahim yang sama namun beda nasib. Allah menakdirkan sang Kakak lebih sukses dari adiknya. Usahanya lancar sehingga hartanya berlimpah. Ia Kaya Raya. Kekayaan yang Allah berikan kepadanya itu, tidaklah membuat dirinya sombong. Ia sadar, dari yang dimilikinya itu, ada hak bagi yang kurang berpunya. Ia kemudian teringat bahwa adik kandungnya adalah salah satu orang yang kurang berpunya. Ia meniatkan untuk membantu adiknya itu. Setiap bulan ia memberikan jatah bagi adiknya. Untuk biaya hidup sehari-hari.

Sang adik yang baik itupun menerima pembagian dari kakaknya dengan lapang. Ia kemudian berniat membalas setiap apa yang diberikan oleh kakanya itu. Awalnya sang adik bingung, karena memang dia tidak memiliki apapun selain yang diterima dari kakak kandungnya itu. Kemudian, ia teringat, bahwa ia bisa membalas budi kakaknya itu dengan doa. Ya, Doa. Ia berniat untuk terus mendoakan agar kakanya diberi limpahan rejeki yang berkah.

Maka, keadaan ini berlangsung dalam waktu yang lama. Kakak memberi dengan keikhlasan tertinggi karena Allah, sang adik mendoakan atas kebaikan yang diterima dari Allah melalui perantara kakanya itu. Sampai akhirnya takdir bercerita lain.

Setan tidak mau diam melihat fenoma itu. Bagaimanapun, tugasnya memang menggoda manusia. Tugasnya adalah mencari pengikut sebanyak mungkin untuk dijadikan teman di neraka. Ia kemudian membisikkan sesuatu ke dalam hati sang kakak, “ Alangkahnya enaknya adikmu itu. Ia tidak bekerja, tapi bisa hidup berkecukupan karena kau beri ia harta. Kalau begitu, mending kau jadi dia. Gak usah kerja dan tetap hidup nyaman, tidak berkekurangan sesuatupun.” Sekali, bisikan itu tidaklah ampuh. Namun, bukanlah setan kalau ia menyerah. Berkali – kali bisikan serupa ditiupkan ke dalam hati sang kakak , tanpa kenal lelah. Sampai akhirnya, sang kakak menuruti apa yang dibisikkan setan, dan inilah awal dari petaka itu. Sang kakak menghentikan subsidinya secara sepihak, tanpa konfirmasi kepada si adik.


Sehari, dua hari, dan haripun berlalu dalam bilangan pekan dan bulan. Sang kakak masih enjoy dengan usahanya yang kian lama kian besar. Sementra si adik, sembari menengadahkan tangan kepada Allah, mendoakan kebaikan bagi kakak tercintanya itu. Si adik kemudian bertanya dalam hati, “Mengapa jatahku belum dikirimkan, padahal sekarang sudah bulan baru?” Dan keadaan itu berlangsung selama beberapa bulan. Bertepatan dengan itu pula, si adik memutuskan untuk berhenti. Berhenti mengharapkan jatah dari kakaknya , dan berhenti mendoakan Kakaknya.


Atas ijin Allah, perlahan tapi pasti, usaha sang kakak menyusut, hingga ia dianugerahi buah dari perilaku Bakhilnya : Bangkrut. Ya, usahanya kolap. Dalam bingung, ia mengadu kepada Sang Nabi, curhat.

“Ya Rasulullah, usahaku bangkrut.”
Jawab nabi beriring senyum, “ Memang apa yang kamu lakukan?”
Kakak, “ Aku tidak tahu Ya rasul.”
“ Jika kamu saja tidak tahu, apalagi aku? “ timpal sang Nabi.


Kawan, Rasul dalam berbagai hal, adalah sama dengan kita. Sama Manusianya. Maka beliau tidak mungkin bisa mengetahui yang Ghaib terkecuali dapat bocoran dari Allah Yang Maha Mengetahui. Maka, beliau tidak mungkin bisa menebak, tanpa pengakuan orang yang mengadu padanya.


Akhirnya, sang kakak mengadukan apa yang ia lakukan. Dari awal mensubsidi adiknya, hingga kemudian ia berkeputusan untuk menghentikan subsidinya itu.


Dengan senyum, Nabi kemudian berkata, “ Ketahuilah, dalam kesuksesan kita, pastilah ada peran orang lain, sekecil appaun. Ketika kau mensusidi adikmu, Ia mendoakan kebaikan untukmu. Dan ketika kau menghentikan subsidimu, Iapun berhenti mendoakanmu.”

                                                                                       ***

Kita, sehebat apapun, tidak mungkin bisa berdiri tegak sendiri. Pastilah ada tangan – tangan ghaib yang senantiasa mendukung kita. Tangan gaib yang meminta kepad Allah. Meminta kebaikan untuk kita, tanpa kita ketahu, tanpa bisa kita deteksi. Maka, benarlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah, bahwa doa seseorang kepada saudaranya, tanpa sepengetahuan yang didoakan, adalah lebih  dikabulkan Allah. Peluang terkabulnya doa tersebut lebih banyak, karena doa tersebut dipanjatkan murni karena Allah. Tanpa diminta olea orang yang didoakan.


Kawan, Mari lantunkan doa untuk orang yang kita cintai di jalan ini. Jalan yang sambungannya adalah ukhuwah. Doa tulus yang semoga saja bisa menembus langit. Doa kebaikan agar sahabat-sahabat kita mendapatkan yang terbaik, bukan saja di dunia ini, melainkan juga di akhirat. Doa yang kemudian akan menjadi tabungan kebaikan bagi kita, yang berdoa, ataupun bagi mereka yang kita doakan.


Ingatlah selalu. Dalam sukses yang kita gapai, dalam harta yang dititipkan kepada kita, dalam karir yang makin melangit, dalam setiap jengkal kebahagiaan yang kita rasakan, pastilah ada doa dari orang-orang sekitar kita. Entah itu Ibu Kita, Ayah kita, saudara kita, adik kakak kita ataupun sahabat-sahabat di jalan Allah yang hanya mendoakan dan mengeharapkan kebaikan bagi Kita.


Doaku, tak perlu kau ketahui. Cukuplah ia menjadi rahasiaku dengan Yang kumintai Doa, Allah Subhanahu Wa Ta’alaa. Maka, ijjinkan aku untuk terus mendoakanmu. Meskipun yang kau rasa, doaku tak begitu bermakna bagi dirimu.


Biarkan aku berdoa, dan Allahlah yang berhak mengabulkan.
“ Semoga kita bisa bersua di SurgaNya… “ Ah, maaf! Aku lupa, doa yang ini tidak bisa kusembunyikan, karena aku, sangat merindukanmu di jalan Ini , Jalan Dakwah Fii Sabilillah ….

Uhibbukum Fillah.

Depok, 9 Ramadhan 1432 H. Disela sela kerja, ketika mondar mandir di pagi yang menyibukkan, ketika ku ingat wajah-wajah tulusmu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar