Minggu, 21 Agustus 2011

Kawan, Ajarkan Syukur kepadaku.

Senja mengukir lelah. Tak terperih. Peluh mengalir. Deras. Tak terbendung. Ada kecewa yang menyelinap. Entah, Mungkin saja karena Syukur yang tak semurna. Padahal, NikmatNya terlampau banyak untuk sekedar diKufuri.Tapi, apa daya? Inilah Diri yang Tak tahu diri. Robbi, Ampuni ke-takbersyukuran  Kami, Seluas Rahman rahimMu.

Kawan, terkadang bahkan seringkali Kita harus pandai berkaca. Mengembalikan setiap yang dialami, kepada diri sendiri. Bukan melempar atau memantulkannya kepada orang lain. Karena Dia Maha Adil. Dia tak mungkin Mendholimi HambaNya. Dia, pastilah memberikan sesuatu sesuai dengan amal kita, apa yang kita lakukan selama ini.

Boleh jadi, Kita tak sadar, atau pura-pura lupa, akan dosa masa lalu yang menyebabkan kita mendapati apa yang tidak Kita ingini. Brsyukurlah, jika memang itu yang terjadi. Artinya, Allah telah mengganjar dosa kita, Di sini bukan di sana, Akhirat.

Maka, bersyukur adalah Niscaya, apapun yang menimpa Kita. Karena Sejatinya, nikmat yang dihamparkan, jauh lebih banyak dari apa yang belum Kita peroleh.

Allah tidak mungkin memberikan keburukan kepada Kita. Karena Ia juga hanya menerima yang baik saja. Bukan selainnya. Oleh karenannya, yang harus dilakukan adalah berbaik sangka kepadaNya.

Yang terlepas kali ini, yang tak kita peroleh sekarang, bisa jadi akan nampak lebih indah jika Kita mendapatkannya esok hari, lusa atau entah. Bisa jadi pula, ia memang tidak baik ketika kita mendapatinya sekarang. Tidak baik bagi diri juga agama Kita. Makanya, Allah menahannya. Allah tidak memberikannya. Karena jika diberikan, ia bisa berdampak Buruk, bagi kehidupan Kita.

Ingatlah sebuah kekata, “Semua akan indah pada masanya.” Iya. Kekata itu memang benar adanya. Karena memanen buah sebelum masak, hanya akan menimbulkan kemubadziran. Panen, akan indah ketika masanya tiba. Maka, tak bijak jika Kita terkesan memaksa pohon yang Kita tanam berbuah, sebelum waktunya.

Mari membuka cakrawala berfikir. Karunia Allah sungguhlah sangat Luas. Tak ada satupun, sedikitpun,alasan untuk mengeluh. Untuk memprotes apa yang diberikanNya.

Sekali lagi, Bersyukur adalah Niscaya, jika kelapangan dada yang kita harapkan. Bersyukurlah, seluas Samudera. Agar kelak, Allah menambah NikmatNYa.

Kawan, doakan Aku agar senantiasa mensyukuri NikmatNya. Semoga Allah memasukkan Kita ke dalam barisan orang-orang yang bersyukur. Karena kesudahan Syukur, adalah Berkah.

“Ya ALLAH, Tolonglah Kami untuk selalu mengingatMu. Untuk selalu mensyukuri NikmatMU dan untuk selalu mebaguskan Ibadah Kami.” Amiin Ya Robbal ‘Alamiin.


Senja bertabur berkah, Depok 6 Rojab 1432 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar